Memang selama ini saya tidak kurang mencar ilmu perihal memberi dengan tulus, mengucap terima kasih jikalau seseorang melaksanakan kebaikan. Tenggang rasa dan toleransi jikalau berbeda. Tapi cuma sebatas membaca. Jangan tanya soal 'melakukan.'
![]() |
Tuhan, ubah hatiku. Pixabay Images |
Padahal jikalau kau ditegur, itu berarti kau disayang dan diperhatikan. Terlebih lagi mata kita terbuka melihat bahwa selama ini kita tinggal di dalam keangkuhan dan sering menjadi watu sandungan bagi orang lain. Mengerti ternyata orang tidak menyukai cara hidup kita. Sebab bagaimana saya bisa menilai diriku sendiri? Apakah kau sanggup memarahi sikapmu yang di mata orang lain kau terlihat sangat munafik? Kita tidak sanggup menilai diri sendiri.
Yang paling sulit yaitu melawan diri sendiri untuk melaksanakan keburukan. [Ike Lawbers]Lalu aku, saya cuilan dari semua itu. Ibaratnya seorang yang berakal akal-akalan tampil baik, rendah hati, bijak dan sempurna. Menurutku, saya baik dan tidak salah. Tetapi bagi Tuhan tidak. Kau hanyalah gong yang nyaring bunyinya.
Otak ini terisi penuh dengan banyak sekali kata bijak. Sudah nggak terhitung buku yang saya baca dari cerita Sang Raja yang Agung yang membuat langit dan bumi, hingga pada roman picisan. Tapi semua itu 'nol besar' saya tidak pernah praktekkan itu dalam keseharianku. Aku hanyalah seorang munafik yang sibuk memperhatikan kekurangan dan kelebihan orang lain.
Jujur Tuhan, yang paling mengenaskan lagi saya tidak pernah mengucap syukur atas segala yang kupunya
Aku sering iri hati jikalau melihat kesuksesan dan kebahagiaan orang lain. Kerapkali di dalam kehidupanku saya melakoni dua peran, menjadi orang baik dan jahat. Contohnya saya berakal menasihati, namun manakala seseorang terjatuh, saya tidak perduli dan merasa itu bukan urusanku.Biasanya saya bilang "hei, di dalam hidup ini kita harus saling mengasihi. Jika beliau berbuat salah, maafkan. Kamu harus memberi kepada yang membutuhkan, jangan jadi orang kikir. Lakukan yang terbaik untuk sesama," tapi apa yang terjadi? Aku hanya memamerkan kata-kata saja, supaya semua orang menganggap saya baik. Padahal saya egois, kikir, dan angkuh.
Semakin usang sifat ini makin menjadi-jadi
Aku bertambah tidak tahu diri dengan membenarkan apa yang kulakukan. Seolah itu yaitu cuilan yang tak terlepaskan. Hebatnya lagi, saya malah memupuknya dengan yang namanya kebenaran dan menawarkan semboyan, "suka-sukaku, wong diriku memang begitu." "Memangnya saya harus berubah?"Dasar saya memang keras kepala
Hanya mementingkan kesenangan sendiri. Perasaan cinta diri mengalahkan hati nurani. Aku benar-benar sudah nyaman. Diriku tidak butuh evaluasi orang lain, juga tidak memaksa semua orang harus suka dengan sikapku ini. Sorry jangan paksa saya untuk menyenangkan hati mereka. Kalau nggak cocok, please tinggalkan aku. Gampang bukan?Tuhan, kini giliran-MU. Sekali lagi entah mau jadi apa, saya mau
Aku siap diproses Tuhan. Jadikan saya menyerupai sebuah baskom yang indah alasannya yaitu saya yaitu tanah liat yang keras. Bersihkan saya dari sampah dunia semoga saya layak Engkau pakai menjadi berkat untuk sesama. Menebarkan basi harum bagi yang hidup dalam kelam, menjadi terperinci kepada mereka yang tinggal di kegelapan, dan impian untuk yang putus asa.Aku tahu segala sesuatu yang Engkau rancangkan untukku itulah yang terbaik. Memang dalam menjalani proses saya niscaya merasa tersiksa, bahkan menderita. Namun ketika melewati semua itu, maka saya akan menjadi anak pujian Tuhan.
Silahkan nikmati puisi di bawah ini;
Tuhan Aku siap dibentuk
Terkadang saya ingin Allah mengubahkuNamun, Jika Dia melaksanakan perbaikan
Itu terasa menyakitkan, mengganggu
Sampai suatu ketika saya kalah
Kutemui kanyataan bahwa
Yang kuperlu bukan dunia
Sepasang tangan yang sanggup menggandeng
Atau bahkan menarikku kencang
dari lupa yang merana
Kesadaran hilang
Kesederhanaan berganti
Kerendahan hati apalagi
Aku sudah mati
Karena hidup durjana
Oh Tuhan, kemarilah
ubah aku, bentuk aku
Jamah hatiku segera...
Entah menyerupai apa saya mau
Tuhan prosesnya terlalu berat!
Tuhan,Aku selalu menyampaikan saya mau
Tapi nanti ya Tuhan
Jangan Kau paksa aku
Tunggulah sebentar di sana
Jangan kini ya
Besok atau lusa
Masih adakah Engkau Tuhan?
Prosesnya terlalu berat buatku
Aku tak berani maju
Aku butuh waktu
Sedikit lagi untuk kuputuskan
Apakah Engkau mau bersabar?
Setelah sekian hari lalu
Mengapa belum juga berani?
Tolong aku...
Setidaknya biarkan saya mampu
Jakarta,
[ike Lawbers]
Sebuah usul kepada Tuhan
Tuhanku,Aku minta kekuatan dari-Mu semoga saya bisa
melaksanakan sesuatu yang besar
tapi, Engkau memberiku kelemahan
supaya diriku bisa lalukan hal lebih berguna...
Aku memohon kekuatan dari-Mu
tapi, Engkau membuatku lemah
biar diriku taat...
Aku mau kekayaan supaya saya hidup bahagia
tapi Engkau biarkan saya miskin
hingga saya menjadi seorang bijak
Sekali lagi saya minta segala sesuatu
supaya diriku bisa menikmati hidup ini
namun, Engkau memberiku kehidupan
supaya bisa menikmati segala sesuatu...
Jakarta,
[ Dari seorang hamba 'no name']
Catatan: Ada banyak orang yang tidak siap diubah oleh Tuhan. Mereka merasa hidupnya sangat terusik, kemudian timbul banyak sekali keinginan untuk memberontak dan menyalahkan Tuhan. Mereka tidak mau Tuhan campur tangan. Tidak mau beri diri untuk Tuhan dan bersandar sepenuhnya pada Dia. Mereka terlalu sombong menyampaikan "kesuksesan yaitu hasil perjuanganku sendiri." Tapi ingat, kalau bukan Tuhan, maka kita tidak sanggup melaksanakan apa-apa.
0 Comments